5 Fakta Unik Perang Dunia 2
Perang Dunia II merupakan konflik yang paling mematikan dalam sejarah umat manusia. Ditandai dengan 50 hingga 85 juta korban tewas, yang kebanyakan berupa orang sipil. Pembunuhan, genosida, kelaparan, penyakit, dan digunakannya bom atom untuk kali pertama merupakan bab daripadanya. Perang Dunia II, singkatnya, merupakan horor kemanusian. Namun, dalam horor itu, selalu terselip drama dan fakta unik yang terkadang konyol dan mengagetkan.
Berikut ini yakni fakta-faktanya:
5. Tisue Toilet
Tentara AS Memperoleh 22 Lembar Tisu Toilet, Sedangkan Tentara Inggris Dijatah 3 lembar saja.
Tentara AS Memperoleh 22 Lembar Tisu Toilet, Sedangkan Tentara Inggris Dijatah 3 lembar saja.
Pada dikala Perang Dunia II, Amerika Serikat merupakan negara paling kaya. Karena itu tidaklah asing jikalau dalam hal jatah logistiknya tentara Amerika lebih besar dibanding tentara dari negara lain, termasuk Inggris. Bayangkan saja jikalau tisue toilet yang dimiliki oleh salah satu tentara Inggris sobek, atau hancur ketika perut sedang mules-mulesnya.
4. Dilarang menyebut Hamburger
Pada masa Perang Dunia II, masyarakat Amerika menghindari memakai kata “hamburger” dan menggantinya dengan “Liberty Sandwich”.
Patriotisme sanggup mengambil bermacam bentuk, dari ikut berperang membela negara hingga melaksanakan boikot terhadap produk-produk asing. Di Amerika selama Perang Dunia II, salah satu bentuk patriotisme itu yakni dengan menolak menyebut roti isi daging yang biasanya disebut ‘hamburger,’ dan menggantinya dengan ‘Liberty Sandwich’ atau ‘Sandwich kebebasan.’ Menurut salah satu legenda asal-muasal hamburger berasal dari kota Hamburg, New York, menggandakan nama kota yang sama di Jerman Utara, Hamburg. Mungkin alasannya sentimen anti-Jerman inilah orang Amerika selama Perang Dunia II ogah menyebut roti isi mereka ‘hamburger’. Ada-ada saja ya.
3. Adolf Hitler dan Henry Ford saling menyimpan foto yang lain di meja kerjanya masing-masing.
Meskipun Amerika Serikat dan Jerman merupakan pihak yang berlawanan dalam Perang Dunia II, namun itu rupanya tak menghentikan beberapa perusahaan raksasa Amerika untuk mengeruk untung dari jalannya perang dengan cara bekerjasama bisnis dengan rezim Nazi Jerman. Sebut saja contohnya perusahaan komputer IBM yang terbukti menyuplai teknologi mesin punch-card untuk menghitung secara sempurna berapa jumlah orang Yahudi yang harus dipindahkan dari tiap ghetto setiap harinya dan mengangkutnya secara efisien ke kamp-kamp konsentrasi. Atau contohnya firma BBH dan UBC yang mengurus aset seorang konglomerat Jerman di Amerika, berjulukan Fritz Thyssen, seorang arsitek keuangan rezim Nazi, yang mana seorang direkturnya yakni Prescott Bush, kakek dari mantan presiden Amerika ke-43, George W. Bush.
Baca ini juga: Arti gambar kentang di final postingan 9gagDan pabrikan kendaraan beroda empat Ford pun rupanya tak mau ketinggalan. Lewat cabang perusahaannya yang ada di Jerman, Ford merupakan salah satu supplier kendaraan terbesar buat Wehrmarct (Angkatan Bersenjata Jerman Nazi). Pada tahun 1941, Ford berhenti memproduksi kendaraan umum, dan menentukan untuk berfokus memproduksi truk-truk militer. Ford pun bahkan berbisnis dengan pasukan elit SS dan kepolisian Jerman.
Namun yang membedakan Ford dengan perusahaan-perusahaan Amerika lain tadi ialah kedekatan ideologisnya dengan rezim Nazi Jerman, yaitu pandangan anti-Yahudi yang sama-sama dianut oleh Henry Ford, sang pendiri perusahaan, dan Adolf Hitler. Buku yang ditulis Henry Ford berjudul The International Jew dibaca oleh Hitler dan Hitler pernah menyatakan bahwa dirinya akan berupaya keras melaksanakan pandangan-pandangan Henry Ford di Jerman. Henry Ford pun merupakan satu-satunya orang Amerika yang dipuji oleh Hitler dalam otobiograpinya, Mein Kampf. Ketika Henry Ford mempertimbangkan untuk mencalonkan diri menjadi presiden Amerika, Hitler berkata pada Chicago Tribune: “Aku berharap sanggup mengirimkan pasukanku ke Chicago dan kota-kota besar Amerika lainnya untuk membantu.”
2. Hitler menjadi Angkatan Laut Amerika
Keponakan Adolf Hitler, William Hitler, bertugas di Angkatan Laut Amerika pada masa Perang Dunia II. Lahir di Liverpool pada tahun 1911, William Patrick Hitler yakni putra dari pasangan Alois Hitler Jr., kakak tiri Adolf Hitler, dan Bridget Dowling, seorang wanita Irlandia. Pada waktu William masih berumur tiga tahun, ayahnya minggat dan menikah lagi di Jerman.
Keponakan Adolf Hitler, William Hitler, bertugas di Angkatan Laut Amerika pada masa Perang Dunia II. Lahir di Liverpool pada tahun 1911, William Patrick Hitler yakni putra dari pasangan Alois Hitler Jr., kakak tiri Adolf Hitler, dan Bridget Dowling, seorang wanita Irlandia. Pada waktu William masih berumur tiga tahun, ayahnya minggat dan menikah lagi di Jerman.
Saat William berusia 22 tahun, ia tiba ke Jerman berusaha memperoleh pekerjaan dengan memanfaatkan status pamannya yang sedang naik daun. Adolf Hitler memperkerjakan keponakannya di salah satu bank di Berlin, sebelum pindah kerja di pabrik kendaraan beroda empat Opel, kemudian kemudian menjadi sales mobil. Namun, William merasa kecewa dengan pekerjaan-pekerjaan itu, dan meminta pamannya mencarikannya pekerjaan yang lebih baik atau kalau tidak ia akan membocorkan rahasia-rahasia memalukan keluarga mereka ke surat kabar. Pada tahun 1938, Adolf Hitler berjanji akan mencarikan William pekerjaan berpangkat tinggi asal ia mau melepaskan statusnya sebagai warga negara Inggris. Mencurigai itu sebagai perangkap, William kabur dari Jerman sambil mengancam akan membocorkan diam-diam kepada surat kabar ihwal rumor bahwa kakek Hitler yakni seorang Yahudi.
William pergi dari Jerman pada tahun 1939 kemudian mengunjungi Amerika Serikat bersama ibunya atas permintaan William Randolph Hearst, seorang pengusaha media yang pernah mewawancara Hitler di tahun 1934. Setelah meminta izin khusus pada presiden Franklin D. Roosevelt, William Hitler diizinkan untuk bergabung bersama Angkatan Laut Amerika di tahun 1944 sebagai petugas medis. Setelah Perang Dunia II usai dan keluar dari Angkatan Laut, William mengganti nama keluarganya menjadi Stuart-Houston.
1. Si Bengal Onoda
Hiroo Onoda, petugas intelijen Tentara Kekaisaran Jepang yang ikut bertempur pada masa Perang Dunia II, tidak pernah mengalah pada tahun 1945. Hingga tahun 1974, hampir 30 tahun lamanya, ia mempertahankan posisinya di Filipina. Komandannya semenjak masa perang harus berangkat ke Filipina untuk membebastugaskan bawahannya itu secara pribadi pada tahun 1975.
Hiroo Onoda, petugas intelijen Tentara Kekaisaran Jepang yang ikut bertempur pada masa Perang Dunia II, tidak pernah mengalah pada tahun 1945. Hingga tahun 1974, hampir 30 tahun lamanya, ia mempertahankan posisinya di Filipina. Komandannya semenjak masa perang harus berangkat ke Filipina untuk membebastugaskan bawahannya itu secara pribadi pada tahun 1975.
Onoda lahir pada tanggal 19 Maret 1922 di desa Kamekawa, Prefektur Wakayama, Jepang selatan. Onoda berasal dari keluarga samurai lama, Onoda masuk Tentara Infantri Kekaisaran Jepang ketika berumur 18 tahun.
Di ketentaraan Onoda dilatih sebagai petugas inteligen kemudian dikirim ke Pulau Lubang, 93 mil di sebelah barat daya kota Manila pada bulan Desember 1944 dengan misi khusus menghambat serangan musuh ke pulau itu, termasuk menghancurkan landasan terbang dan dermaga pelabuhan yang ada di pulau itu. Dalam misi itu termasuk larangan untuk mengalah dalam kondisi apapun ataupun melaksanakan seppuku.
Pada tanggal 28 Februari 1945 pasukan campuran Amerika Serikat dan Filipina menyerang pulau Lubang, hingga menyisakan Onoda dan tiga prajurit lainnya yang bersembunyi di pegunungan. Selama di pegunungan, Onoda bertahan hidup hanya dengan memakan nasi, kelapa, dan daging ternak yang diperoleh lewat serangan gerilya ke peternakan sekitar dan beberapa kali terjadi tembak-menembak dengan kepolisian Filipina.
Dua kali Onoda memperoleh kabar lewat leaflet yang menyatakan Jepang mengalah dan perang sudah selesai. Pertama, pada Oktober 1945, dari leaflet yang ditinggalkan penduduk pulau. Kedua, dari leaflet yang dijatuhkan dari udara berisi perintah untuk mengalah dari Jenderal Tomoyuki Yamashita. Namun, terhadap kedua kabar itu Onoda tidak percaya, dan menganggapnya hanya propaganda tentara Sekutu.
Dari keempat prajurit yang bertahan di Pulau Lubang, hanya Onoda sendiri yang bertahan. Yuichi Akatsu pergi pada bulan September 1949 dan menyerahkan diri ke angkatan bersenjata Filipina pada 1950 sehabis 6 bulan berjalan. Soichi Shimada dan Kinsichi Kozuka tewas dalam baku tembak.
Pada tanggal 20 Februari 1974, Onoda bertemu dengan seorang pengelana dari Jepang, Norio Suzuki, yang memang sengaja mencari Onoda. Suzuki dan Onoda kemudian berteman, namun ketika diajak untuk mengalah Onoda menolak sebelum menerima perintah dari atasannya. Suzuki kemudian pulang ke Jepang dengan membawa foto dirinya dan Onoda sebagai bukti pertemuan mereka. Pemerintah Jepang kemudian meminta atasan Onoda semasa perang Mayor Yoshimi Taniguchi, yang dikala itu sudah menjadi seorang penjual buku, untuk menjemput Onoda.
Pada tanggal 9 Maret 1974, Taniguchi bertemu dengan Onoda, dan memerintahkannya menyerah, yang kali ini dilaksanakan oleh Onoda. Ketika Onoda kesudahannya menginjakan kakinya lagi di Jepang, ia pribadi disambut sebagai pendekar dan terkejut melihat negerinya yang sudah berubah sangat drastis dari yang dulu diingatnya.
Pada tanggal 16 Januari 2014, Onoda meninggal di usianya yang ke-91.
Itulah 5 Fakta Unik perang Dunia ke dua.
0 Response to "5 Fakta Unik Perang Dunia 2"
Post a Comment